Aksi Jurnalistik Bandung Memperingati kebebasan Pers Internasional di Taman Vanda
TRIPOD Jurnalism - Jika pada tahun lalu, UNESCO menetapkan tiga tema Hari Kemerdekaan Pers Internasional pada 3 Mei 2014: peran media dalam pembangunan; keselamatan dan perlindungan hukum bagi jurnalis; dan keberlanjutan dan integritas jurnalisme. Lalu, akan seperti apakah refleksi di hari kebebasan pers tahun ini? Mari kita ikuti perkembangannya saat ini.
Puluhan wartawan yang tergabung dalam Solidaritas Jurnalis Bandung menggelar aksi peringatan World Press Freedom Day 2016 atau Hari Kebebasan Pers Dunia di Taman Vanda, Kota Bandung, Selasa (3/5/2016).
Ada lima sikap yang disuarakan massa dalam aksi tersebut, di antaranya, pertama, mengutuk segala tindakan kekerasan terhadap jurnalis, lembaga, atau pribadi yang menyampaikan ekspresinya. Kedua, meminta penghentian kekerasan terhadap jurnalis oleh semua pihak.
Ketiga, meminta Polda Jawa Barat mengklarifikasi dan mencabut ancaman serta intimidasi terhadap jurnalis oleh Brimob Polda Jawa Barat yang bertugas saat kerusuhan Lapas Banceuy beberapa waktu lalu.
Selain menyoroti kasus kekerasan terhadap jurnalis, massa aksi juga mengkritisi kebebasan berekspresi yang dilakukan berbagai pihak tapi terdapat keterlibatan polisi didalamnya.
Contohnya adalah kejadian yang menimpa seniman pantomim Wanggi Hoediyanto pada 27 Maret 2016 lalu. Saat itu, Wanggi yang melakukan aksi teatrikal di kawasan Jalan Soekarno digelandang ke kantor polisi karena dinilai aksinya mengganggu ketertiban umum.
Negara juga kembali kalah oleh tindakan represif kelompok tertentu. Hal itu tergambar dari pembatalan acara monolog Tan Malaka yang digelar di Pusat Kebudayaan Prancis di Bandung pada 23 Maret 2016.
Kegiatan itu terpaksa ditunda sehari karena ada desakan dari kelompok tertentu. Bahkan kegiatan itu digelar keesokan harinya dan mendapat pengawalan ketat polisi.
"Kondisi itu menggambarkan upaya warga untuk mengekspresikan perbedaan pendapat kerap kali gagal karena tindakan intoleran kelompok warga yang lain," kata Ketua Aji Bandung, Adi Marsiela.
"Represi atas kebebasan berekspresi kerap ini semain menguat terkait isu-isu politik sensitif, khususnya isu terkait tragedi kemanusiaan 1965 dan pelanggaran HAM berat lainnya. Polisi yang harusnya menjamin kebebasan berekspresi setiap warga justru jadi bagian dari kelompok yang melakukan intimidasi atas upaya warga berekspresi," jelasnya.
Sementara dalam peringatan tersebut, digelar aksi teatrikal yang diperankan oleh Wanggi, Gatot, dan Sukma. Mereka mementaskan aksi kekerasan terhadap jurnalis. Sesekali mereka terlibat aksi kekerasan dan perebutan kamera. Bahkan salah seorang yang memerankan sebagai jurnalis harus rela diinjak pada bagian dadanya.
Komentar
Posting Komentar