Semakin hari, dunia semakin dipenuhi
drama. Dengan segala tipu daya manusia berlomba-lomba untuk menjadi penguasa.
“Ibu aku lapar” terdengar dimana-mana. Sang proklamator pernah berkata “beri aku satu
orang pemuda maka akan aku guncangkan dunia”, ternyata hal itu benar terjadi di era ini,
seorang pemuda mampu mengguncangkan dunia namun bukan dengan keberanian atau idealis menyatakan, tetapi dengan tarian dan parasnya
yang “imut” mampu mengguncang se-antero dunia, dengan begitu perkataan sang
proklamator benar adanya bukan? Emansipasi wanita yang
dikumandangkan oleh Ibu kita Kartini terus di
dengungkan oleh pemudi-pemudi bangsa juga tentunya oleh aktivis-aktivis. Ayah yang
tinggal dirumah mengurus rumah tangga dan ibu yang
banting tulang mencari nafkah untuk keluarga sekarang bisa kita lihat di
rumah-rumah kota maupun desa. Mungkin para pendahulu kita sebut sebagai masa
depan itu berbeda dari sekarang, yang paling jelas adalah kiamat sudah dekat,
tak bisa dipungkiri lagi.
Drama
skala pemerintahan banyak terjadi. Seorang petinggi pemerintahan merasa difitnah oleh pihak tertentu terkait kasus pencucian uang,
wallahu alam tak ada yang tahu kebenarannya betapa pun pintarnya sang penyidik. Indonesia
dengan segala keberagamannya kini dipenuhi dengan kasus-kasus penistaan agama
dan penghinaan terhadap lambang negara. Tak tanggung-tanggung pemeran utamanya ialah
para petinggi dan para pemuka, sungguh negara yang toleran bukan? “Pokoknya saya tidak mau tahu kasus anda harus masuk kepersidangan, Agar anda kalah di
pemilihan”, dan akhirnya ia ditetapkan sebagai tersangka begitu pula dengan yang
menjerumusakannya, habislah calon pemimpin tersebut hingga akhirnya gagal mencalonkan.
Begitulah dramanya, entah berakhir seperti apa sang penulis mati saat sedang menuliskan
naskah.
Nabila Azzahra
Redaktur : N. Soviani
Komentar
Posting Komentar